Jumat, 14 April 2017




MAKALAH HAMA PENYAKIT PADA TBM DAN TM
HAMA PENYAKIT YANG MENYERANG TANAMAN LADA


Disusun oleh :

1.      Ayu Septiani
2.      Dede Yusuf
3.      Dodi Wartono
4.      Edi Susanto
5.      Novi Eka Pratiwi
6.      Rizky Krisnaldi
7.      Titin Agustina

             AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN
SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG
KEC.SMPANG PEMATANG
KAB.MESUJI
TP.2016/2017






KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas petunjuk Nya,Alhamdulillah, penulis telah diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hama Penyakit Yang Menyerang Tanaman Lada”. Dalam menjalani penyusunan makalah ini tidak sedikit kendala yang penulis hadapi.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan, arahan, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini, dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan segenap ucapan terima kasih.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu dengan terbuka penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Simpang Pematang,15 April 2017     

Penulis










BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Lada (Piper Ningrum Linn) di Indonesia merupakan komoditas ekspor tradisional yang 95% ditanam dengan rgani perkebunan rakyat, dengan total areal lebih dari 120 hektar. Ketika terjadi Perang Dunia II, Indonesia merupakan penghasil lada terbesar di dunia, tetapi saat ini posisi Indonesia sebagai produsen lada tersaingi oleh Vietnam, yang produksi ladanya mencapai dua kali produksi Indonesia (Sinar Tani, 22-28 September 2010 No 3372).
Budidaya lada di Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang dapat menunjang perekonomian dan kehidupan masyarakat daerah ini. Hal ini beralasan sekali karena sebagian besar penduduk Kecamatan Towuti khususnya yang bermukim di pesisir Danau Towuti masih mengandalkan sumber penghasilan dari kebun lada Pada tahun 2001, Indonesia hanya mampu memenuhi 27% kebutuhan dunia. Isu nasional akibat penurunan ini antara lain karena tingkat produktivitas tanaman dan produksinya yang rendah, tingginya tingkat kehilangan hasil lada akibat serangan hama dan penyakit.
Secara Nasional, serangan penyakit busuk pangkal batang dapat menyebabkan kerugian 10-15 % per tahun. Ditjenbun melaporkan penyakit tersebut pada akhir tahun 2007 menyebabkan kehilangan hasil sebesar Rp. 19 milyar dengan luas kerusakan 73.666 ha Serangan paling mematikan apabila Phytophthora menyerang pangkal batang dan akar tanaman. Penyakit BPB juga dapat menyerang bagian pucuk daun yang menyebabkan terjadi bercak pada bagian ujung, tengah atau tepi daun. Tanaman muda sampai tanaman yang telah berumur lebih dari dua tahun dapat terserang penyakit BPB. Jauh sebelum hal tersebut di atas terjadi, pada tahun 80an lada yang ada di Kecamatan Towuti habis karena serangan penyakit busuk pangkal batang. Banyak rgani yang menjadi kendala dalam budidaya lada, diantaranya adalah serangan penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici. Penyakit ini merupakan rganism pengganggu tumbuhan paling berbahaya dan paling merugikan bagi petani lada.

BAB II PEMBAHASAN

A.    EKOBIOLOGI PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG LADA
Penyakit busuk pangkal batang disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Lampung Selatan tahun 1885. Jamur Pitoptora capsici dapat menyerang semua umur/stadia tanaman, mulai dari pembibitan sampai tanaman produksi. Serangan yang membahayakan apabila terjadi pada pangkal batang atau akar karena menyebabkan kematian tanaman dengan cepat. Gejala serangan dini sulit diketahui, gejala yang nampak yaitu kelayuan tanaman menunjukkan serangan telah lanjut. Pangkal batang yang terserang menjadi berwarna hitam; pada keadaan lembab akan nampak lendir yang berwarna kebiruan di permukaannya dan akhirnya kematian tanaman.
Serangan Pitoptora capsici pada daun menyebabkan gejala bercak daun pada bagian tengah atau tepi daun. Sepanjang tepi bercak tersebut bagian gejala berwarna hitam bergerigi seperti renda yang akan nampak jelas bila gejala masih segar; bagian tersebut tidak nampak apabila daun telah mengering atau pada gejala lanjut. Daun-daun sakit merupakan sumber inokulum bagi tangkai atau cabang sehat yang berada di dekatnya. Infeksi pada daun biasanya terjadi setelah turun hujan. Apabila selama waktu hujan angin kencang, maka propagul Pitoptora capsici dapat terbawa dan menyebar ke daun tanaman di sekitarnya. Apabila serangan patogen terjadi pada satu tanaman dalam suatu kebun, maka dapat diperkirakan 1-2 bulan kemudian penyakit akan menyebar ke tanaman di sekitarnya. Penyebaran penyakit akan lebih cepat pada musim hujan, terutama pada pertanaman lada yang disiang bersih. Pitoptora capsici sebagai penyebab penyakit busuk pangkal batang lada juga dapat menyerang tanaman kelapa, karet, coklat, kayu manis, vanili, jambu mente, sirih, cabai jawa, dan kemukus. Disamping itu gulma sering tumbuh di sekitar tanaman lada dapat terinfeksi pathogen tersebut seperti rumput naman (Cleome rutidosperma) dan mekanis (Kasim dan Prayitno, 1991).
B.     DISKRIPSI DAN GEJALA
Sebenarnya pada tanaman lada dikenal dua penyakit utama yang menyebabkan layu diantaranya layu cepat dan layu lambat. Namun, justru penyakit layu cepat atau yang dikenal BPBL ini yang lebih banyak merusak tanaman lada. Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada ini disebabkan oleh jamur patogen Phytophthora capsici. Kadang, petani seringkali terkecoh dan sulit membedakan gejala antara penyakit layu lambat dengan layu cepat tersebut. Padahal identifikasi gejala ini merupakan bagian penting dalam menentukan penyakit yang menyerang tanaman lada. Dan hal ini sangat mempengaruhi bagaimana cara dan strategi pengendaliannya.
Gejala layu akibat serangan patogen busuk pangkal batang biasanya nampak seperti tanaman kekeringan, sedangkan akibat penyakit kuning, ditunjukkan dengan daun menggantung kaku dan makin lama makin mengarah ke batang tanaman. Penyakit Pitoptora Capsici biasanya menyerang tanaman bagian pangkal batang dan akar. Namun dalam keadaan tertentu dapat juga menyerang bagian daun, cabang dan buah. Infeksi pada bagian pangkal batang biasanya terjadi kurang lebih setinggi 30 – 35 cm dari permukaan tanah. Serangan terbesar biasanya terjadi pada saat musim hujan. Karena pada saat itu, cuaca yang ada sangat mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan patogen pada tanaman. Penampakannya bisa kita lihat apabila pangkal batang diiris secara membujur terlihat garis-garis yang berwarna coklat kehitam-hitaman dan kemudian membusuk. Gejala serangan dini pada bagian batang maupun akar sulit diketahui. Gejala yang khas dari penyakit ini adalah kelayuan tanaman.
Infeksi pada pangkal batang menyebabkan terjadinya perubahan wana kulit menjadi hitam. Pada keadaan lembab, gejala hitam tersebut nampak seperti berlendir berwarna agak biru. Kulit pangkal batang tersebut kadang-kadang terlepas dan tinggal jaringan pembuluh yang berwarna coklat. Daun-daun yang layu seringkali tetap tergantung dan berubah warna coklat sampai hitam.
Pada tingkat serangan yang berat, seluruh bagian dari batang dan akar yang terserang akan mengalami pembusukan. Patogen ini akan merusak jaringan Xylem dan Phloem sehingga translokasi hara dan air ke daun dan translokasi hasil metabolis dari daun ke seluruh bagian tanaman menjadi terhambat. Akibatnya daun menjadi layu, kemudian daunnya gugur dan berakhir dengan kematian.
Berdasarkan proses kelayuannya, serangan BPBL membuat daun menjadi menguning dan diikuti dengan gugurnya daun-daun. Gugurnya daun berangsur-angsur dari bagian tengah berwarna abu-abu. Daun yang terserang kemudian menjadi keriput dan akhirnya gugur. Menurut Manohara dan Machmud (1996), proses penyebaran patogen ada dua cara yaitu cara langsung menembus kutikula dan tidak langsung yaitu melalui stomata dan lubang alami. Penetrasi terjadi antara 4 – 6 jam setelah inokulasi dan penetrasi langsung lebih umum terjadi. Infeksi lebih mudah terjadi melalui permukaan bawah daun dan setelah 18 jam diinokulasi, gejala tampak berupa titik coklat di atas permukaan daun.

C.     PENYEBAB PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG LADA
Pertama kali patogen penyebab BPB diidentifikasikan oleh Muller (1936) sebagai Phytophthora palmivora Butler var. piperis. Jamur tersebut termasuk dalam famili Pythiacea, ordo Peronosporales, kelas Oomycetes (Alexopoulus dan Mims, 1979). Peneliti lain mengidentifikasikan patogen tersebut dengan berbagai nama antara lain Pitoptora colocasiae di Malaysia dan India, Pitoptora Palmivora di Brasil, Puerto rico (Alconero et al., 1972), Serawak Malaysia (Turner, 1969) dan Indonesia (Harper, 1974). Kasim (1978) mengidentifikasikan jamur patogen yang menyerang tanaman lada di Lampung sebagai Pitoptora capsici. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Tsao, Kasim dan Mustika (1977) terhadap morfologi, pertumbuhan, perkembangbiakan aseksual dan seksual dari jamur patogen yang berasal dari Lampung dan Bangka. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semua isolat yang diidentifikasi adalah Pitoptora Palmivora Morphological Form 4 (MF 4) Sensu Brasier and Griffin.
Selanjutnya berdasarkan pengamatan morfologi, reproduksi, elektroforesis protein dan isozim dari isolat-isolat Phytophthora asal lada, Alizadeh dan Tsao (1984) menyatakan bahwa terdapat beberapa persamaan antara pitoptora palmivora MF 4 dan pitoptora capsici. Kemudian pada pertemuan internasional peneliti coklat di Santo Domingo, Tsao dan Alizadeh (1988) mengumumkan deskripsi klasifikasi dari pitoptora capsici yang telah disempurnakan dan menyatakan perubahan nama dari Pitoptora palmivora MF 4 menjadi Pitoptora capsici.
Pengamatan terhadap isolat Phytophthora asal Lampung, Jabar, Jatim, Bangka, Kalimantan Barat telah dilakukan oleh Manohara dan Sato (1992), ternyata semua isolat yang diidentifikasi termasuk Pitoptora palmivora MF 4, kecuali ada beberapa isolat asal Kalimantan Barat tidak termasuk jenis tersebut, dan semua isolat Pitoptora palmivora MF 4 yang telah diidentifikasi tersebut lebih cocok diberi nama pitoptora capsici. Miselium pitoptora capsici tidak bersepta dan mengandung banyak inti diploid. Jamur tersebut berkembang biak dengan dua cara yaitu secara aseksual dan seksual. Secara aseksual membentuk sporangium. Bentuk sporangium bervariasi dengan perbandingan panjang dan lebar berkisar antara 1,3 – 1,8. Sporangium berpapila, kadang-kadang dijumpai sporangium yang mempunyai dua papila. Zoospora keluar dari sporangium melalui papila apabila sporangium telah masak dan adanya lapisan air. Adanya lapisan air tersebut memungkinkan zoospora untuk berenang. Zoospora merupakan salah satu bentuk inokulum yang penting bagi penyebaran penyakit busuk pangkal batang.
Perkembangbiakan jamur secara seksual menghasilkan oospora. Oospora dibentuk apabila ada dua jenis tipe jodoh hifa yang serasi. Oospora berbentuk bulat, berdinding tipis, tidak berwarna pada waktu muda dan berwarna kuning hingga coklat keemasan apabila telah masak. Hasil pengamatan Manohara dkk (1993) secara in vitro ternyata oospora hasil perkawinan dua isolat lada, paling banyak terbentuk pada suhu 200C dan diinkubasi dalam keadaan gelap. Oospora tersebut dapat terbentuk dalam jaringan daun dan batang yang diinkubasi pada kisaran suhu 16-28 0C sedangkan pada akar terjadi pada kisaran suhu 16-28 0C (Wahyuno dan Manohara, 1995). Dua tipe jodoh pitoptora capsici telah dijumpai di daerah Lampung dan Kalimantan Barat, tetapi bentuk oospora belum pernah dijumpai.
Serangan pitoptora capsici pada tanaman lada banyak terjadi pada musim hujan. Pada saat itu keadaan suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi serta didukung oleh adanya nutrisi yang cukup akan merangsang struktur istirahat jamur patogen untuk berkecambah. Tetesan air hujan yang jatuh ke tanah dapat membantu memudahkan propagul dari tanah ke daun yang didekatnya sehingga memungkinkan terjadinya infeksi. Pada serangan lanjut mengakibatkan terbentuknya sporangium pada permukaan bawah daun dan bila ada lapisan air memungkinkan terbentuknya zoospora. Apabila selama hujan disertai angin maka sporangium atau zoospora yang telah terbentuk akan terlepas dan terbawa angin menyebar ke tanaman di sekitarnya. Zoospora disebut juga sebagai spora kembar, karena dapat berenang bila ada lapisan air. Lama geraknya tergantung suhu air bebas. Tiga puluh menit setelah zoospora berhenti bergerak, akan terjadi perkecambahan bila lingkungan memungkinkan.
Bila lingkungan tidak menguntungkan maka akan terbentuk struktur istirahat. Kemampuan patogen bertahan hidup di dalam tanah mempunyai peranan penting sebagai sumber inokulum primer. Serangan pitoptora capsici pada tanaman lada banyak terjadi di musim hujan. Pada saat musim tersebut, keadaan suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi serta didukung adanya nutrisi yang cukup akan merangsang spora jamur patogen untuk berkecambah. Tetesan air hujan yang jatuh ke tanah diyakini dapat membantu memindahkan sumber penyakit berupa propagul dari tanah ke daun atau kepada tanaman lain yang tidak terinfeksi. Apabila selama hujan disertai angin , maka sporangium tersebut akan terlepas, terbawa angin dan dapat menyebar ke seluruh tanaman lada yang ada di areal. Zoospora sebagai spora kembar dapat berenang pada lapisan air. Makin lama zoospora tersebut dapat bergerak, makin besar peluangnya untuk menemukan inang yang sesuai. Mikroorganisme dapat berkembang biak apabila suhu lingkungannya optimum yaitu berkisar 24-28 oC. Dengan suhu tanah sekitar 26-28 oC, dapat menjadi lingkungan yang kondusif bagi perkembangan dan pertumbuhan jamur tersebut. Selain itu, pitoptora capsici dapat hidup baik pada kisaran pH 4-7 dimana pada kisaran itu merupakan syarat agar tanaman lada tumbuh dengan baik. Selain oleh angin, air maupun udara, ternyata penyebaran jamur pitoptora capsici tersebut dapat juga dilakukan oleh media lain seperti sepatu, alat-alat pertanian, ternak,  siput/keong, bahkan manusia.

D.    HAMA  DAN PENYAKIT YANG MENYERANG TANAMAN LADA
Berikut akan dijelaskan jenis-jenis Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman lada sebagai berikut :
*      Penggerek batang lada

Penggerek batang merupakan hama yang paling merugikan saat ini dengan luas serangan mencapai 28 hektar, terluas dibandingkan jenis hama yang lain. Penggarek batang lada ini berupa serangga kumbang yang mempunyai
Ciri : berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Pada serangga dewasa biasanya akan menyerang pucuk, bunga, dan buah.  Akibat yang ditimbulkan : tanaman yang terserang tingkat produksinya akan menurun, dan pada serangan yang berat dapat menyebabkan kematian pada tanaman.
Pengendalian : lakukan pemangkasan ranting/cabang yang terserang hama ini, dan lakukan penyemprotan insektisida pada tanaman guna mencegah datangnya hama ini.
Cara Pengendalian : Untuk pengendalian dapat dilakukan dengan pemangkasan ranting/cabang yang terserang hama ini, dan lakukan penyemprotan insektisida pada tanaman guna mencegah datangnya hama ini.

*        Hama penghisap bunga (Diconocoris hewetti)
Hama pengisap bunga (Diconocoris hewetti) dikenal dengan sebutan nyamuk lada, enduk-enduk, kapal terbang atau fui-khicong di Bangka. Hama ini akan menyerang bungan dan tandan bunga.
Ciri : berupa serangga dewasa berwarna hitam, sayapnya seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Akibat yang di timbulkan : pada serangan ringan akan menyebabkan tandan rusak, salah bentuk, dan buah sedikit. Dan bila tanaman terserang berat, maka seluruh bunga akan rusak, tangkai bunga menjadi hitam dan akhirnya bunga gugur sebelum waktunya.
Pengendalian : pemotongan tandan bunga yang terserang dan penyemprotan
Dengan insektisida.
Cara Pengendalian :Untuk pengendalian dapat dilakukan dengan pemotongan tandan bunga yang terserang dan penyemprotan dengan insektisida.

*        Hama pengisap buah         
Hama pengisap buah ini sering dikenal dengan berbagai nama, seperti kepik, kepinding, walang sangit, dan di Bangka biasa disebut semunyung atau bilahu. Hama pada stadium nimfa maupun dewasa akan mengisap cairan buah.  Hama ini juga biasanya meletakkan telurnya  pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6 bulan.
Ciri : serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening, dan empat kali berganti kulit. Akibat yang ditimbulkan : Serangan pada buah muda menyebabkan tandan buah banyak yang kosong, sedangkan pada  buah yang telah tua mengakibatkan buah hampa, kering, gugur.
Pengendalian : Musnahkan telur-telur serangga yang berada di permukaan daun, cabang dan yang berada pada tandan buah. Lakuakan juga penyemprotan insektisida pada tanaman.

*        Penyakit Kuning                
Penyebab penyakit ini kemungkinan buruknya drainase di sekitar penanaman, dan tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis.
Ciri : Pertumbuhan tanaman terhambat, menyerang akar tanaman lada, kemudian ditandai menguningnya daun lada. Akibat yang ditimbulkan : akar akan rambut mati membusuk dan berwarna hitam, daun yang berwarna kuning tadi kemudian akan rapuh menekuk ke arah batang dan secara berangsur-angsur daun akan gugur sehingga tanaman menjadi gundul
Pengendalian : dengan menaburkan fungisida berbentuk granule  pada sekeliling pangkal tanaman lada, fungisida yang digunakan adalah Furadan 3 G.selain itu juga dengan pemberian pupuk kandang, pengapuran serta pemupukan yang tepat dan seimbang.
Cara Pengendalian :
Untuk pengendalian dapat dilakukan dengan menaburkan fungisida berbentuk granule pada sekeliling pangkal tanaman lada, untuk fungisida yang digunakan ialah Furadan 3 G. selain itu juga dengan pemberian pupuk kandang, pengapuran serta pemupukan yang tepat dan seimbang.

*      Penyakit Keriting Dan Penyakit Kerdil                                                   Pada beberapa kebun seringkali ditemukan tanaman yang mempunyai kelainan bentuk pada daun pucuk dan tunas-tunas muda, dan kelainan ini biasanya disebut penyakit keriting dan penyakit kerdil. Ciri : daun-daun pucuk yang keluar dari tunas menunjukkan gejala mosaik, kelainan bentuk kecil-kecil, sempit, ada yang berbentuk bulat, sabit asimetris, berkerut hingga keriting dan pada umumnya kondisi daun rapuh.
Akibat yang ditimbulkan : Pada daun yang tumbuh normal tampak bercak-bercak kuning bersudut tidak teratur. Tunas-tunas yang tumbuh beruas pendek. Tandan bunga (buah) juga pendek, kerdil dan buahnya kecil serta jarang. Pada serangan yang berat pertumbuhan tanaman tampak kecil dan cabang-cabang tumbuh berlebihan dengan kelainan daun yang kecil-kecil dan kaku, kadang-kadang menggulung ke bawah (seperti kerupuk)  dan kadang-kadang juga tanpa daun sama sekali.
Pengenalian : cabut tanaman yang telah terserang penyakit tersebut agar tidak menular ke tumbuhan lainnya.          
Cara Pengendalian : Untuk pengendalian dapat dilakukan dengan mencabut tanaman yang telah terserang penyakit tersebut agar tidak menular ke tumbuhan lainnya.

*           Penyakit Busuk Pangkal Batang                                                  
pada daerah tertentu penyakit ini merupakan penyakit yang paling utama yang sering menyerang tanaman lada.
Ciri : di sebabkan oleh jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Penyakit ini biasanya menyerang tanaman bagian pangkal batang dan akar. Namun dalam keadaan tertentu dapat juga menyerang bagian daun, cabang dan buah. Infeksi pada bagian pangkal batang biasanya terjadi kurang lebih setinggi 30 – 35 cm dari permukaan tanah. Serangan terbesar biasanya terjadi pada saat musim hujan. Karena pada saat itu, cuaca yang ada sangat mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan patogen pada tanaman. Akibat yang ditimbulkan : Gejala yang khas dari penyakit ini adalah kelayuan tanaman. Infeksi pada pangkal batang menyebabkan terjadinya perubahan wana kulit menjadi hitam. Pada keadaan lembab, gejala hitam tersebut nampak seperti berlendir berwarna agak biru. Kulit pangkal batang tersebut kadang-kadang terlepas dan tinggal jaringan pembuluh yang berwarna coklat. Daun-daun yang layu seringkali tetap tergantung dan berubah warna coklat sampai hitam. Pada tingkat serangan yang berat, seluruh bagian dari batang dan akar yang terserang akan mengalami pembusukan. Dan akibat dari serangan penyakit ini daunnya akan menguning, layu, gugur, dan akhirnya tanaman akan mati
Pengendalian : musnahkan tanaman yang telah terserang, semprot fungisida ke tanaman yang masih sehat sebagai pencegahan, dan atur lah tata air untuk lebih baik. 
                                             
*        Penyakit Busuk Tunggul  
Penyakit ini di sebabkan oleh Cendawan Rosellinia sp. Akibat yang ditimbulkan : pada tanaman yang terserang penyakit ini daunnya akan menguning karena terdapat pembusukan pada pangkal batangnya, sehingga transportasi makanan dan air terganggu.  
Pengendalian : musnahkan tanaman yang terserang, atur tata air lebih baik lagi, dan perhatikan cara-cara bercocok tanam yang baik pula.

*        Penyakit Busuk Akar        
Penyakit ini di sebabkan oleh Ganoderma sp. Akibat yang ditimbulkan : tanaman yang terserang daunnya akan menguning dan gugur, karena tanaman akar tanaman yang berada dalam tanah sudah membusuk.
Pengendalian : sama seperti pengendalian pada penyakit busuk tunggul yaitu musnahkan tanaman yang terserang, atur tata air lebih baik lagi, dan perhatikan cara-cara bercocok tanam yang baik.















BAB III PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari paper, antara lain ;
1.      Produktifitas dan hasil produksi tanaman turut dipengaruhi oleh serangan  penyakit.
2.      Masing-masing penyakit memberikan serangan dan gejala yang  berbeda-beda pada tiap bagian tanaman kelapa sawit.
3.      Untuk penyakit yang meyerang tanaman ini, bagian yang paling sering  diserang yaitu bagian batang tanaman yang membusuk.
4.      Pengendalian penyakit pada tanaman ini dapat dikendalikan dengan  pemberian herbisida ataupun pestisida dan cara manual.

B . Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya dalam penggunaan herbisida maupun pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit ini digunakan sesuai dengan dosis anjuran yang benar agar tidak terjadi resistensi pada hama dan penyakit itu sendiri serta menghindari terjadinya ledakan hama. Penggendalian hama penyakit juga harus sering dilakukan agar dapat meningkatkan hasil yang memuaskan.











DAFTAR PUSTAKA

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB ii PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Berdasarkan kurikulum yang dikembang sekarang adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik...