MAKALAH
HAMA PENYAKIT PADA TBM DAN TM
HAMA
PENYAKIT YANG MENYERANG TANAMAN LADA
Disusun
oleh :
1. Ayu
Septiani
2. Dede
Yusuf
3. Dodi
Wartono
4. Edi
Susanto
5. Novi
Eka Pratiwi
6. Rizky
Krisnaldi
7. Titin
Agustina
AGRIBISNIS
TANAMAN PERKEBUNAN
SMK
NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG
KEC.SMPANG
PEMATANG
KAB.MESUJI
TP.2016/2017
KATA
PENGANTAR
Puji
dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas petunjuk Nya,Alhamdulillah,
penulis telah diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hama
Penyakit Yang Menyerang Tanaman Lada”. Dalam menjalani penyusunan makalah
ini tidak sedikit kendala yang penulis hadapi.
Penulis
sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karenanya
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan, arahan, dan motivasi yang
senantiasa diberikan selama ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menghaturkan segenap ucapan terima kasih.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena
itu dengan terbuka penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Simpang Pematang,15 April 2017
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Lada (Piper Ningrum Linn) di Indonesia merupakan komoditas
ekspor tradisional yang 95% ditanam dengan rgani perkebunan rakyat, dengan
total areal lebih dari 120 hektar. Ketika terjadi Perang Dunia II, Indonesia
merupakan penghasil lada terbesar di dunia, tetapi saat ini posisi Indonesia
sebagai produsen lada tersaingi oleh Vietnam, yang produksi ladanya mencapai
dua kali produksi Indonesia (Sinar Tani, 22-28 September 2010 No 3372).
Budidaya lada di Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur
merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang dapat menunjang
perekonomian dan kehidupan masyarakat daerah ini. Hal ini beralasan sekali
karena sebagian besar penduduk Kecamatan Towuti khususnya yang bermukim di
pesisir Danau Towuti masih mengandalkan sumber penghasilan dari kebun lada Pada
tahun 2001, Indonesia hanya mampu memenuhi 27% kebutuhan dunia. Isu nasional
akibat penurunan ini antara lain karena tingkat produktivitas tanaman dan
produksinya yang rendah, tingginya tingkat kehilangan hasil lada akibat
serangan hama dan penyakit.
Secara Nasional, serangan penyakit busuk pangkal batang dapat
menyebabkan kerugian 10-15 % per tahun. Ditjenbun melaporkan penyakit tersebut
pada akhir tahun 2007 menyebabkan kehilangan hasil sebesar Rp. 19 milyar dengan
luas kerusakan 73.666 ha Serangan paling mematikan apabila Phytophthora
menyerang pangkal batang dan akar tanaman. Penyakit BPB juga dapat menyerang
bagian pucuk daun yang menyebabkan terjadi bercak pada bagian ujung, tengah
atau tepi daun. Tanaman muda sampai tanaman yang telah berumur lebih dari dua
tahun dapat terserang penyakit BPB. Jauh sebelum hal tersebut di atas terjadi,
pada tahun 80an lada yang ada di Kecamatan Towuti habis karena serangan
penyakit busuk pangkal batang. Banyak rgani yang menjadi kendala dalam budidaya
lada, diantaranya adalah serangan penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang
disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici. Penyakit ini merupakan rganism
pengganggu tumbuhan paling berbahaya dan paling merugikan bagi petani lada.
BAB
II PEMBAHASAN
A. EKOBIOLOGI
PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG LADA
Penyakit
busuk pangkal batang disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici. Penyakit ini
pertama kali ditemukan di Lampung Selatan tahun 1885. Jamur Pitoptora capsici
dapat menyerang semua umur/stadia tanaman, mulai dari pembibitan sampai tanaman
produksi. Serangan yang membahayakan apabila terjadi pada pangkal batang atau
akar karena menyebabkan kematian tanaman dengan cepat. Gejala serangan dini
sulit diketahui, gejala yang nampak yaitu kelayuan tanaman menunjukkan serangan
telah lanjut. Pangkal batang yang terserang menjadi berwarna hitam; pada
keadaan lembab akan nampak lendir yang berwarna kebiruan di permukaannya dan
akhirnya kematian tanaman.
Serangan Pitoptora
capsici pada daun menyebabkan gejala bercak daun pada bagian tengah atau tepi
daun. Sepanjang tepi bercak tersebut bagian gejala berwarna hitam bergerigi seperti
renda yang akan nampak jelas bila gejala masih segar; bagian tersebut tidak
nampak apabila daun telah mengering atau pada gejala lanjut. Daun-daun sakit
merupakan sumber inokulum bagi tangkai atau cabang sehat yang berada di
dekatnya. Infeksi pada daun biasanya terjadi setelah turun hujan. Apabila
selama waktu hujan angin kencang, maka propagul Pitoptora capsici dapat terbawa
dan menyebar ke daun tanaman di sekitarnya. Apabila serangan patogen terjadi
pada satu tanaman dalam suatu kebun, maka dapat diperkirakan 1-2 bulan kemudian
penyakit akan menyebar ke tanaman di sekitarnya. Penyebaran penyakit akan lebih
cepat pada musim hujan, terutama pada pertanaman lada yang disiang bersih.
Pitoptora capsici sebagai penyebab penyakit busuk pangkal batang lada juga
dapat menyerang tanaman kelapa, karet, coklat, kayu manis, vanili, jambu mente,
sirih, cabai jawa, dan kemukus. Disamping itu gulma sering tumbuh di sekitar
tanaman lada dapat terinfeksi pathogen tersebut seperti rumput naman (Cleome
rutidosperma) dan mekanis (Kasim dan Prayitno, 1991).
B. DISKRIPSI
DAN GEJALA
Sebenarnya
pada tanaman lada dikenal dua penyakit utama yang menyebabkan layu diantaranya
layu cepat dan layu lambat. Namun, justru penyakit layu cepat atau yang dikenal
BPBL ini yang lebih banyak merusak tanaman lada. Penyakit Busuk Pangkal Batang
Lada ini disebabkan oleh jamur patogen Phytophthora capsici. Kadang, petani
seringkali terkecoh dan sulit membedakan gejala antara penyakit layu lambat
dengan layu cepat tersebut. Padahal identifikasi gejala ini merupakan bagian
penting dalam menentukan penyakit yang menyerang tanaman lada. Dan hal ini
sangat mempengaruhi bagaimana cara dan strategi pengendaliannya.
Gejala layu akibat
serangan patogen busuk pangkal batang biasanya nampak seperti tanaman kekeringan,
sedangkan akibat penyakit kuning, ditunjukkan dengan daun menggantung kaku dan
makin lama makin mengarah ke batang tanaman. Penyakit Pitoptora Capsici
biasanya menyerang tanaman bagian pangkal batang dan akar. Namun dalam keadaan
tertentu dapat juga menyerang bagian daun, cabang dan buah. Infeksi pada bagian
pangkal batang biasanya terjadi kurang lebih setinggi 30 – 35 cm dari permukaan
tanah. Serangan terbesar biasanya terjadi pada saat musim hujan. Karena pada
saat itu, cuaca yang ada sangat mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan
patogen pada tanaman. Penampakannya bisa kita lihat apabila pangkal batang
diiris secara membujur terlihat garis-garis yang berwarna coklat
kehitam-hitaman dan kemudian membusuk. Gejala serangan dini pada bagian batang
maupun akar sulit diketahui. Gejala yang khas dari penyakit ini adalah kelayuan
tanaman.
Infeksi pada pangkal
batang menyebabkan terjadinya perubahan wana kulit menjadi hitam. Pada keadaan
lembab, gejala hitam tersebut nampak seperti berlendir berwarna agak biru.
Kulit pangkal batang tersebut kadang-kadang terlepas dan tinggal jaringan
pembuluh yang berwarna coklat. Daun-daun yang layu seringkali tetap tergantung
dan berubah warna coklat sampai hitam.
Pada tingkat
serangan yang berat, seluruh bagian dari batang dan akar yang terserang akan
mengalami pembusukan. Patogen ini akan merusak jaringan Xylem dan Phloem
sehingga translokasi hara dan air ke daun dan translokasi hasil metabolis dari
daun ke seluruh bagian tanaman menjadi terhambat. Akibatnya daun menjadi layu,
kemudian daunnya gugur dan berakhir dengan kematian.
Berdasarkan proses
kelayuannya, serangan BPBL membuat daun menjadi menguning dan diikuti dengan
gugurnya daun-daun. Gugurnya daun berangsur-angsur dari bagian tengah berwarna
abu-abu. Daun yang terserang kemudian menjadi keriput dan akhirnya gugur.
Menurut Manohara dan Machmud (1996), proses penyebaran patogen ada dua cara
yaitu cara langsung menembus kutikula dan tidak langsung yaitu melalui stomata
dan lubang alami. Penetrasi terjadi antara 4 – 6 jam setelah inokulasi dan
penetrasi langsung lebih umum terjadi. Infeksi lebih mudah terjadi melalui
permukaan bawah daun dan setelah 18 jam diinokulasi, gejala tampak berupa titik
coklat di atas permukaan daun.
C. PENYEBAB
PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG LADA
Pertama
kali patogen penyebab BPB diidentifikasikan oleh Muller (1936) sebagai
Phytophthora palmivora Butler var. piperis. Jamur tersebut termasuk dalam
famili Pythiacea, ordo Peronosporales, kelas Oomycetes (Alexopoulus dan Mims,
1979). Peneliti lain mengidentifikasikan patogen tersebut dengan berbagai nama
antara lain Pitoptora colocasiae di Malaysia dan India, Pitoptora Palmivora di
Brasil, Puerto rico (Alconero et al., 1972), Serawak Malaysia (Turner, 1969)
dan Indonesia (Harper, 1974). Kasim (1978) mengidentifikasikan jamur patogen
yang menyerang tanaman lada di Lampung sebagai Pitoptora capsici. Penelitian
lebih lanjut dilakukan oleh Tsao, Kasim dan Mustika (1977) terhadap morfologi,
pertumbuhan, perkembangbiakan aseksual dan seksual dari jamur patogen yang
berasal dari Lampung dan Bangka. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
semua isolat yang diidentifikasi adalah Pitoptora Palmivora Morphological Form
4 (MF 4) Sensu Brasier and Griffin.
Selanjutnya
berdasarkan pengamatan morfologi, reproduksi, elektroforesis protein dan isozim
dari isolat-isolat Phytophthora asal lada, Alizadeh dan Tsao (1984) menyatakan
bahwa terdapat beberapa persamaan antara pitoptora palmivora MF 4 dan pitoptora
capsici. Kemudian pada pertemuan internasional peneliti coklat di Santo
Domingo, Tsao dan Alizadeh (1988) mengumumkan deskripsi klasifikasi dari
pitoptora capsici yang telah disempurnakan dan menyatakan perubahan nama dari
Pitoptora palmivora MF 4 menjadi Pitoptora capsici.
Pengamatan
terhadap isolat Phytophthora asal Lampung, Jabar, Jatim, Bangka, Kalimantan
Barat telah dilakukan oleh Manohara dan Sato (1992), ternyata semua isolat yang
diidentifikasi termasuk Pitoptora palmivora MF 4, kecuali ada beberapa isolat
asal Kalimantan Barat tidak termasuk jenis tersebut, dan semua isolat Pitoptora
palmivora MF 4 yang telah diidentifikasi tersebut lebih cocok diberi nama
pitoptora capsici. Miselium pitoptora capsici tidak bersepta dan mengandung
banyak inti diploid. Jamur tersebut berkembang biak dengan dua cara yaitu
secara aseksual dan seksual. Secara aseksual membentuk sporangium. Bentuk
sporangium bervariasi dengan perbandingan panjang dan lebar berkisar antara 1,3
– 1,8. Sporangium berpapila, kadang-kadang dijumpai sporangium yang mempunyai
dua papila. Zoospora keluar dari sporangium melalui papila apabila sporangium
telah masak dan adanya lapisan air. Adanya lapisan air tersebut
memungkinkan zoospora untuk berenang. Zoospora merupakan salah satu bentuk
inokulum yang penting bagi penyebaran penyakit busuk pangkal batang.
Perkembangbiakan
jamur secara seksual menghasilkan oospora. Oospora dibentuk apabila ada dua
jenis tipe jodoh hifa yang serasi. Oospora berbentuk bulat, berdinding tipis,
tidak berwarna pada waktu muda dan berwarna kuning hingga coklat keemasan
apabila telah masak. Hasil pengamatan Manohara dkk (1993) secara in vitro
ternyata oospora hasil perkawinan dua isolat lada, paling banyak terbentuk pada
suhu 200C dan diinkubasi dalam keadaan gelap. Oospora tersebut dapat terbentuk
dalam jaringan daun dan batang yang diinkubasi pada kisaran suhu 16-28 0C
sedangkan pada akar terjadi pada kisaran suhu 16-28 0C (Wahyuno dan Manohara,
1995). Dua tipe jodoh pitoptora capsici telah dijumpai di daerah Lampung dan
Kalimantan Barat, tetapi bentuk oospora belum pernah dijumpai.
Serangan
pitoptora capsici pada tanaman lada banyak terjadi pada musim hujan. Pada saat
itu keadaan suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi serta didukung oleh
adanya nutrisi yang cukup akan merangsang struktur istirahat jamur patogen
untuk berkecambah. Tetesan air hujan yang jatuh ke tanah dapat membantu
memudahkan propagul dari tanah ke daun yang didekatnya sehingga memungkinkan
terjadinya infeksi. Pada serangan lanjut mengakibatkan terbentuknya sporangium
pada permukaan bawah daun dan bila ada lapisan air memungkinkan terbentuknya
zoospora. Apabila selama hujan disertai angin maka sporangium atau zoospora
yang telah terbentuk akan terlepas dan terbawa angin menyebar ke tanaman di
sekitarnya. Zoospora disebut juga sebagai spora kembar, karena dapat berenang
bila ada lapisan air. Lama geraknya tergantung suhu air bebas. Tiga puluh menit
setelah zoospora berhenti bergerak, akan terjadi perkecambahan bila lingkungan
memungkinkan.
Bila
lingkungan tidak menguntungkan maka akan terbentuk struktur istirahat. Kemampuan
patogen bertahan hidup di dalam tanah mempunyai peranan penting sebagai sumber
inokulum primer. Serangan pitoptora capsici pada tanaman lada banyak terjadi di
musim hujan. Pada saat musim tersebut, keadaan suhu yang rendah dan kelembaban yang
tinggi serta didukung adanya nutrisi yang cukup akan merangsang spora jamur
patogen untuk berkecambah. Tetesan air hujan yang jatuh ke tanah diyakini dapat
membantu memindahkan sumber penyakit berupa propagul dari tanah ke daun atau
kepada tanaman lain yang tidak terinfeksi. Apabila selama hujan disertai angin
, maka sporangium tersebut akan terlepas, terbawa angin dan dapat menyebar ke
seluruh tanaman lada yang ada di areal. Zoospora sebagai spora kembar dapat
berenang pada lapisan air. Makin lama zoospora tersebut dapat bergerak, makin
besar peluangnya untuk menemukan inang yang sesuai. Mikroorganisme dapat
berkembang biak apabila suhu lingkungannya optimum yaitu berkisar 24-28 oC.
Dengan suhu tanah sekitar 26-28 oC, dapat menjadi lingkungan yang kondusif bagi
perkembangan dan pertumbuhan jamur tersebut. Selain itu, pitoptora capsici
dapat hidup baik pada kisaran pH 4-7 dimana pada kisaran itu merupakan syarat
agar tanaman lada tumbuh dengan baik. Selain oleh angin, air maupun udara,
ternyata penyebaran jamur pitoptora capsici tersebut dapat juga dilakukan oleh
media lain seperti sepatu, alat-alat pertanian, ternak, siput/keong, bahkan
manusia.
D. HAMA
DAN PENYAKIT YANG MENYERANG TANAMAN LADA
Berikut akan dijelaskan jenis-jenis Hama dan
penyakit yang biasa menyerang tanaman lada sebagai berikut :
Penggerek batang merupakan hama yang paling merugikan saat ini dengan luas serangan mencapai 28 hektar, terluas dibandingkan jenis hama yang lain. Penggarek batang lada ini berupa serangga kumbang yang mempunyai
Ciri
: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm.
Pada serangga dewasa biasanya akan menyerang pucuk, bunga, dan buah.
Akibat yang ditimbulkan : tanaman yang terserang tingkat produksinya akan
menurun, dan pada serangan yang berat dapat menyebabkan kematian pada tanaman.
Pengendalian : lakukan pemangkasan ranting/cabang yang terserang hama ini, dan lakukan penyemprotan insektisida pada tanaman guna mencegah datangnya hama ini.
Pengendalian : lakukan pemangkasan ranting/cabang yang terserang hama ini, dan lakukan penyemprotan insektisida pada tanaman guna mencegah datangnya hama ini.
Cara Pengendalian : Untuk pengendalian dapat dilakukan
dengan pemangkasan ranting/cabang yang terserang hama ini, dan lakukan
penyemprotan insektisida pada tanaman guna mencegah datangnya hama ini.
Hama pengisap bunga (Diconocoris hewetti) dikenal dengan sebutan nyamuk lada,
enduk-enduk, kapal terbang atau fui-khicong di Bangka. Hama ini akan menyerang
bungan dan tandan bunga.
Ciri : berupa serangga dewasa berwarna hitam, sayapnya
seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm
dan lebar 3 mm. Akibat yang di timbulkan : pada serangan ringan akan
menyebabkan tandan rusak, salah bentuk, dan buah sedikit. Dan bila tanaman
terserang berat, maka seluruh bunga akan rusak, tangkai bunga menjadi hitam dan
akhirnya bunga gugur sebelum waktunya.
Pengendalian : pemotongan tandan bunga yang terserang dan penyemprotan
Pengendalian : pemotongan tandan bunga yang terserang dan penyemprotan
Dengan insektisida.
Cara Pengendalian :Untuk
pengendalian dapat dilakukan dengan pemotongan tandan bunga yang terserang dan
penyemprotan dengan insektisida.
Hama pengisap buah ini sering dikenal dengan berbagai nama, seperti kepik, kepinding, walang sangit, dan di Bangka biasa disebut semunyung atau bilahu. Hama pada stadium nimfa maupun dewasa akan mengisap cairan buah. Hama ini juga biasanya meletakkan telurnya pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6 bulan.
Ciri
: serangga berwarna hijau
kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening, dan empat kali berganti
kulit. Akibat yang ditimbulkan : Serangan pada buah muda menyebabkan tandan
buah banyak yang kosong, sedangkan pada buah yang telah tua mengakibatkan
buah hampa, kering, gugur.
Pengendalian : Musnahkan telur-telur serangga yang berada di permukaan daun, cabang dan yang berada pada tandan buah. Lakuakan juga penyemprotan insektisida pada tanaman.
Pengendalian : Musnahkan telur-telur serangga yang berada di permukaan daun, cabang dan yang berada pada tandan buah. Lakuakan juga penyemprotan insektisida pada tanaman.
Penyebab penyakit ini kemungkinan buruknya drainase di sekitar penanaman, dan tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis.
Ciri
: Pertumbuhan tanaman terhambat,
menyerang akar tanaman lada, kemudian ditandai menguningnya daun lada. Akibat
yang ditimbulkan : akar akan rambut mati membusuk dan berwarna hitam, daun yang
berwarna kuning tadi kemudian akan rapuh menekuk ke arah batang dan secara
berangsur-angsur daun akan gugur sehingga tanaman menjadi gundul
Pengendalian : dengan menaburkan
fungisida berbentuk granule pada sekeliling pangkal tanaman lada,
fungisida yang digunakan adalah Furadan 3 G.selain itu juga dengan pemberian
pupuk kandang, pengapuran serta pemupukan yang tepat dan seimbang.
Cara Pengendalian :
Untuk pengendalian dapat dilakukan
dengan menaburkan fungisida berbentuk granule pada sekeliling pangkal tanaman
lada, untuk fungisida yang digunakan ialah Furadan 3 G. selain itu juga dengan
pemberian pupuk kandang, pengapuran serta pemupukan yang tepat dan seimbang.
Akibat
yang ditimbulkan : Pada daun yang
tumbuh normal tampak bercak-bercak kuning bersudut tidak teratur. Tunas-tunas
yang tumbuh beruas pendek. Tandan bunga (buah) juga pendek, kerdil dan buahnya
kecil serta jarang. Pada serangan yang berat pertumbuhan tanaman tampak kecil
dan cabang-cabang tumbuh berlebihan dengan kelainan daun yang kecil-kecil dan
kaku, kadang-kadang menggulung ke bawah (seperti kerupuk) dan
kadang-kadang juga tanpa daun sama sekali.
Pengenalian
: cabut tanaman yang telah terserang penyakit tersebut agar tidak menular ke
tumbuhan lainnya.
Cara Pengendalian
: Untuk pengendalian dapat dilakukan
dengan mencabut tanaman yang telah terserang penyakit tersebut agar tidak
menular ke tumbuhan lainnya.
pada daerah tertentu penyakit ini
merupakan penyakit yang paling utama yang sering menyerang tanaman lada.
Ciri
: di sebabkan oleh jamur
Phytopthora Palmivora Var Piperis. Penyakit ini biasanya menyerang tanaman
bagian pangkal batang dan akar. Namun dalam keadaan tertentu dapat juga
menyerang bagian daun, cabang dan buah. Infeksi pada bagian pangkal batang
biasanya terjadi kurang lebih setinggi 30 – 35 cm dari permukaan tanah.
Serangan terbesar biasanya terjadi pada saat musim hujan. Karena pada saat itu,
cuaca yang ada sangat mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan patogen pada
tanaman. Akibat yang ditimbulkan : Gejala
yang khas dari penyakit ini adalah kelayuan tanaman. Infeksi pada pangkal
batang menyebabkan terjadinya perubahan wana kulit menjadi hitam. Pada keadaan
lembab, gejala hitam tersebut nampak seperti berlendir berwarna agak biru.
Kulit pangkal batang tersebut kadang-kadang terlepas dan tinggal jaringan
pembuluh yang berwarna coklat. Daun-daun yang layu seringkali tetap tergantung
dan berubah warna coklat sampai hitam. Pada tingkat serangan yang berat,
seluruh bagian dari batang dan akar yang terserang akan mengalami pembusukan.
Dan akibat dari serangan penyakit ini daunnya akan menguning, layu, gugur, dan
akhirnya tanaman akan mati
Pengendalian : musnahkan tanaman yang telah terserang, semprot fungisida ke tanaman yang masih sehat sebagai pencegahan, dan atur lah tata air untuk lebih baik.
Pengendalian : musnahkan tanaman yang telah terserang, semprot fungisida ke tanaman yang masih sehat sebagai pencegahan, dan atur lah tata air untuk lebih baik.
Penyakit ini di sebabkan oleh Cendawan Rosellinia sp. Akibat yang ditimbulkan : pada tanaman yang terserang penyakit ini daunnya akan menguning karena terdapat pembusukan pada pangkal batangnya, sehingga transportasi makanan dan air terganggu.
Pengendalian : musnahkan tanaman yang terserang, atur tata air lebih baik lagi, dan perhatikan cara-cara bercocok tanam yang baik pula.
Penyakit ini di sebabkan oleh Ganoderma sp. Akibat yang ditimbulkan : tanaman yang terserang daunnya akan menguning dan gugur, karena tanaman akar tanaman yang berada dalam tanah sudah membusuk.
Pengendalian : sama seperti pengendalian pada penyakit busuk tunggul yaitu musnahkan tanaman yang terserang, atur tata air lebih baik lagi, dan perhatikan cara-cara bercocok tanam yang baik.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari paper, antara lain ;
1. Produktifitas dan hasil produksi
tanaman turut dipengaruhi oleh serangan
penyakit.
2. Masing-masing penyakit memberikan
serangan dan gejala yang berbeda-beda
pada tiap bagian tanaman kelapa sawit.
3. Untuk penyakit yang meyerang tanaman
ini, bagian yang paling sering diserang
yaitu bagian batang tanaman yang membusuk.
4.
Pengendalian
penyakit pada tanaman ini dapat dikendalikan dengan pemberian herbisida
ataupun pestisida dan cara manual.
B
. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya dalam penggunaan
herbisida maupun pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit ini digunakan
sesuai dengan dosis anjuran yang benar agar tidak terjadi resistensi pada hama
dan penyakit itu sendiri serta menghindari terjadinya ledakan hama.
Penggendalian hama penyakit juga harus sering dilakukan agar dapat meningkatkan
hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:
Posting Komentar